123

Thursday 19 November 2015

[Features] The Big Picture | Ground Zero: 11 September 2001 - 11 September 2011

0


Tanggal 11 September 2011 kemarin menjadi hari peringatan ke-10 atas serangan teror terburuk yang pernah dialami Amerika Serikat . Beberapa hari lalu orang-orang dari seluruh bangsa berkumpul untuk mengenang musibah yang telah merenggut ribuan nyawa tersebut. 

Big Picture dari Boston.com , yang terkenal akan penggambaran visualnya terhadap peristiwa-peristiwa dunia, beberapa hari lalu menampilkan foto peristiwa WTC yang terjadi antara 11 September 2001 sampai 11 September 2011. Foto-foto yang menggambarkan suasana kerusakan sampai dengan pembangunan 'Ground Zero' itu diambil dari beberapa fotografer yang mengabadikan peristiwa tersebut.  





















Read more

[Video] OFIVETV: Who is Kidult?

0



Dalam video yang dibuat oleh OFIVETV ini kita bisa melihat aksi yang di lakukan Kidult saat melakukan kegiatan vandal di Paris. Kidult akhir-akhir ini sering menyerang jendela-jendela toko yang terkenal menggunakan alat pemadam kebakaran yang ia modifikasi. Dalam video ini, Kidult juga menceritakan tentang kebencian dia terhadap merek-merek mewah dan terkenal seperti Agnès b. , JCDC, the shop Colette, Kenzo or recently Hermes dan juga Louis Vuitton. Inilah video dokumenter yang disutradarai oleh Amine Bouziane.


Read more

[It's Culture] Concept Store // Area Eksplorasi Kreatifitas dan Inovasi Anak Muda Indonesia

0


Perkembangan brand-brand lokal di Indonesia yang sekarang semakin marak, tidak lepas dari peran media dan juga Concept Store sebagai tempat untuk memamerkan dan menjual karya dari para desainernya. Tidak hanya sampai disitu, Concept Store juga bisa ikut berperan dalam merangsang kreatifitas dan inovasi anak muda Indonesia untuk selalu menghasilkan karya-karya yang ciamik.

Mungkin masih ada yang belum familiar dengan istilah Concept Store. Nah dari berbagai sumber, secara definitif Concept Store itu bisa diartikan sebagai Store/tempat yang memamerkan dan menjual berbagai brand dengan berbagai produk yang menghadirkan modern experience in shopping dengan konsep yang kreatif dan inovatif. Lebih gampangnya bisa kita bandingkan dengan Department Store. Concept Store itu sebenarnya mirip dengan Departement Store yang ada di mall-mall yang biasa kita kunjungi. Nah perbedaannya bisa dilihat dari produk yang dijualnya. Department Store menjual produk-produk yang dibuat secara massal, sedangkan Concept Store menjual berbagai brand yang jumlah produknya terbatas/limited langsung dari para desainernya. Jadi produknya dijamin gak pasaran dan pastinya berkualitas . Concept Store juga tidak hanya menjual produk-produk fashion dan aksesoris saja, tapi juga produk aksesoris interior rumah, buku, CD, aksesoris musik, sampai sepeda. Biasanya produk-produk yang di jual di Concept Store juga lebih banyak buatan lokal, walaupun ada beberapa produk brand international

Berdasarkan informasi dari Wikipedia, ternyata Concept Store ini sudah ada sejak tahun 1990-an. Yak, salah satunya adalah 10 Corso Como, berada di Milan-Italy yang juga diklaim sebagai Concept Store pertama di dunia. Carla Sozzani, kelahiran USA yang mengambil gelar masternya di Italy, adalah orang dibalik eksistensinya 10 Corso Como yang sekarang sudah berusia 20 tahun. Kemudian mulai bermunculan Concept Store lainnya seperti Colette (Paris), Quartier (Berlin), Urban Outfitters (USA) dan lain-lain. Setiap Concept Store di masing-masing kota/negara memiliki karakter yang berbeda-beda yang mungkin merepresentasikan kota/negara-nya tersebut. Nah, berikut beberapa gambar/photo Concept Store di dunia :

(10 Corso Como, Milan-Italy. from www.google.com)

(Colette, Paris. From : www.vogue.it)

(Darkroom. from: www.vogue.it)

(Tokyo Hipsters Club. from: www.vogue.it)

Lalu bagaimana dengan perkembangan Concept Store di Indonesia sendiri? Hmmm… Kalau kita flashback ke tahun 1998, 2000-an (era reformasi) setelah Indonesia dilanda krisis ekonomi, mulai bermunculan distro-distro (Distribution Outlet) yang dipelopori oleh anak-anak muda kota Bandung. Sebut saja UNKL347 yang bisa dibilang sebagai pioneer Distro di Indonesia. Nah sejak saat itu brand-brand lokal juga mulai bersaing di pasaran. Mungkin pada saat itu juga telah muncul Concept Store, karena beberapa produsen/desainer tidak mempunyai store sendiri sehingga menitipkan produknya di Distro-Distro. Lalu muncul Distro yang memang menjadi tempat untuk menjual beberapa karya desainer dengan brandnya masing-masing.Tapi apa itu bisa disebut sebagai Concept Store? Entahlah. Yang jelas di tahun 2010 mulai bermunculan beberapa Concept Store di Jakarta seperti: The Goods Dept (Plaza Indonesia), Mazee (FX), Manekineko (EpiWalk), Loubelle juga Happy Go Lucky di Bandung.

(The Goods Dept, Plaza Indonesia. from : identityisjatidiri.blogspot.com)

(The Goods Dept, Plaza Indonesia. from : solojetset.blogspot.com)

Setiap Concept Store memiliki konsep dan karakter tersendiri. Seperti misalnya The Goods Dept yang memiliki Concept Store dengan ciri khas Street Style, Edgy yang melekat pada lifestyle kaum muda urban di Ibu Kota. Untuk produk-produk yang dijual pun sebagian besar memang brand-brand lokal seperti : Satcas, Nikicio, Amble Footwear, Easton, Pots meets pop, All TheThingsIveDone dan masih banyak lagi. Dari mulai produk fashion, aksesoris, CD, alat musik, buku, sepeda hingga aksesoris interior rumah berada dalam satu area. The Goods Dept juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk launching produk, Album CD, pemutaran film indie, bahkan sebagai tempat photo shoot.

(Lou Belle, Bandung. from : Lou Belle Shop)

(Lou Belle, Bandung. from : Lou Belle Shop)

Dengan hadirnya Concept Store di Indonesia, tidak hanya menjadi tempat untuk memamerkan dan menjual produk-produk brand lokal saja. Tapi juga sebagai wadah untuk menampung dan merangsang kreatifitas dan inovasi para desainer-desainer muda Indonesia dalam bidang seni.

Jadi guys, masih branded oriented? Well, gak ada salahnya membeli dan menggunakan produk-produk branded. Tapi gak ada salahnya juga kalau kita bisa ikut menghargai karya anak bangsa dengan membeli dan menggunakan produk-produk brand lokal.Kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menghargai bangsanya sendiri? Maju terus desainer-desainer muda Indonesia!


Dicted by : Desca
"major tweet and blog, always go running for passion.""

Read more

[Bark!] The Triangle proyek bermusik terbaru dari Riko Prayitno

1


Sebuah gambaran tentang rangkaian proses untuk melanjutkan kreativitas bermusik. Itulah mungkin untaian kalimat yang tepat mendefinisikan kenapa The Triangle ini terbentuk. Berdiri pada pertengahan 2011, The Triangle merupakan proyek bermusik terbaru dari Riko Prayitno (bass) selepas Mocca memutuskan vakum pada Juli lalu.
Dari situlah kelompok musik ini dilahirkan. Berasal dari latar belakang musik yang berbeda namun disatukan oleh rasa yang sama. Embrio terbentuknya The Triangle bermula dari acara regular open mic di café Beat N Bite setiap Jum’at malam. Riko Prayitno bertemu dengan Cil (gitar dan vokal), seorang yang kerap tampil jamming di acara open mic yang dikelola Riko. Secara tidak sadar, dibentuk atas rasa dan minat terhadap musik yang sama, Riko dan Cil pun memutuskan untuk memulai proyek bermusik baru yang lebih serius.

The Triangle, nama yang diberikan setelah Riko dan Cil mengajak Fikri (gitaris Vincent Vega) untuk turut bergabung sebagai gitaris tambahan. Formasi trio ini pula yang melengkapi formasi inti Triangle. Tak ada makna semantik atau filosofis dibalik pemilihan nama The Triangle, selain karena bahwa band ini dimotori oleh tiga orang. Pada awalnya, Triangle dibentuk sebagai band trio dengan format akustik. Seiring waktu berjalan, kebutuhan lagu membuat mereka merombak format trio. Hingga sekarang The Triangle dibantu oleh beberapa additional player yaitu Koi (drum) yang juga penggebuk grup band Ansaphone, Agung (keyboard), Tommy (trumpet), dan Dian (trombone). Formasi lengkap inilah yang menjadikan musik indie rock The Triangle menjadi kaya dan megah. Musik Triangle sendiri dilahirkan dari perpaduan karakter bermusik tiap personil yang diikat oleh apa yang disampaikan melalui untaian kata-kata yang diungkapkan oleh sang vokalis.

Dengan warna musik yang kental dengan musik indie-rock dan gitar akustik, The Triangle banyak dipengaruhi oleh referensi musik alternative rock atau indie-rock yang luas semacam Radiohead, Smashing Pumpkins, The National, hingga Snow Patrol. Secara kebetulan materi-materi lagu yang dibuat Riko tidak terpakai oleh Mocca karena materi lagunya yang gelap dan galau. Materi-materi lagu itu pula yang menjadikan warna musik yang cocok buat The Triangle. Musik yang kelam namun melodius. Musik dengan balutan gelap namun dikemas elegan. Hasilnya, kita akan disuguhi oleh musik yang dibuat oleh sebuah proses bersama yang mereka sebut: “Masculine, sophisticated, grande, technical, and melodious”

The Triangle sedang menyiapkan sebuah album baru, yang menandakan eksistensi mereka di dunia musik Indonesia. Mengisi kekosongan musik indie-rock berkualitas di negeri ini, The Triangle sedang mempersiapkan materi-materi lagu yang terinspirasi dari lirik-lirik bertemakan alienasi atau keterasingan. Salah satu gebrakan terbarunya yaitu single pertama mereka “How Could You”.

The Triangle tidak berusaha untuk menyempitkan musik mereka pada satu genre tertentu. Mereka membebaskan kepada telinga pendengar untuk mengapresiasi dan menafsirkan musik The Triangle apa adanya. The Triangle hanya berusaha untuk mendefinisikan bahwa memberi warna baru di musik Indonesia lewat musik indie-rock berkualitas yang belum banyak di negeri ini.

Single How Could You mulai bisa di unduh secara gratis pada hari Jumat, 14 Oktober 2011 melalui website www.thetriangleband.com.

The Triangle are:
  • Riko - bass
  • Cil - gitar dan vokal
  • Fikri - gitar

Website :
www.thetriangleband.com
twitter.com/triangle_band

Contact Person:
Vira Yudha : 0818622344

Media relations :
Wansky : 083823146146

Press Release : The Triangle by Idharezz

Read more