123
Showing posts with label reviewmovie. Show all posts
Showing posts with label reviewmovie. Show all posts

Saturday 23 July 2011

[Movie Review] Black Swan

0

Black Swan

Directed by: Darren Aronofsky
Produced by: Mike Medavoy
Genre: Psychological Thriller
Screen play:
 Mark Heyman
Story by: Andres Heinz
Starring: Natalie Portman


 Vincent Cassel


 Mila Kunis


 Barbara Hershey
Music by:
 Clint Mansell
Cinematography: Matthew Libatique
Editing by: Andrew Weisblum
Costum Design by 
:
 Amy Westcott
Distributed by: Fox Searchlight picture
Running time:  108 minutes

When perfection guides the dark side. Itulah kata-kata yang menggambarkan film ini secara keseluruhan.
Bercerita tentang Nina Sayers(Natalie Portman), ballerina berbakat di kota New York yang hidup bersama ibunya, Erica (Barbara Hershey), seorang mantan ballerina yang gagal dan bersifat obsesif. Nina di tuntut untuk menjadi seorang prima ballerina oleh ibunya.


Kesempatan itu mulai terbuka ketika sang direktur, Thomas Leroy (Vincent Cassel),  memutuskan untuk  mengganti prima ballerina, Beth (Winona ryder), dalam produksinya di musim terbaru ini dan Thomas membuka audisi untuk  Swan Queen, peran utama dalam pertunjukan ballet Swan Lake yang berkisah tentang seorang gadis perawan yang baik, lugu dan rapuh terperangkap pada sesosok angsa.

Gadis ini menginginkan kebebasan dan cara satu-satunya untuk bebas adalah menemukan seseorang yang mencintainya dengan tulus dan seseorang itu adalah seorang pangeran yang mulai jatuh cinta padanya, tapi sebelum sang gadis mengungkapkan rasa cintanya saudara kembarnya yang jahat mulai menggoda dan merayu  pangeran. Dengan rasa putus asa yang sangat dalam sang gadis membunuh dirinya sendiri dan ceritapun selesai.

Untuk menjadi seorang Swan Queen merupakan tantangan yang sulit karena harus mempu menggambarkan White Swan yang rapuh dan muram, juga Black Swan yang  sensual dan jahat. Nina dipilih untuk bersaing bersama penari lainnya. Awalnya Thomas tidak melihat adanya Black Swan dalam diri Nina, sampai suatu saat Nina mengunjunginya dengan maksud meminta peran. Saat itu Thomas berkata bahwa teknik yang dimilikinya hanya ideal untuk menjadi White Swan, tetapi ia tidak memiliki gairah untuk tarian Black Swan. setelah itu Thomas mencium paksa Nina sampai akhirnya Nina menggigitnya.

Dari kejadian itu Thomas melihat adanya potensi dalam diri Nina. Dan memberikannya kesempatan untuk menjadi Swan Queen. Nina mulai melakukan usaha untuk mengembangkan sisi Black Swan dari dirinya. Seperti melakukan masturbasi untuk pertama kalinya dan memberontak terhadap ibunya. Sayangnya, karena terdapat tekanan untuk menjadi sempurna dan ia tidak menginginkan perannya direbut oleh siapapun, Nina mulai sering menampilkan gejala psikologis yang aneh, termasuk delusi yang kuat dan halusinasi visual yang rumit.

Dia merasa paranoid bahwa Lily (Mila Kunis) akan merebut peran darinya. Karena Lily memiliki kepribadian yang cocok dalam memerankan Black Swan. Sampai akhirnya Nina membunuh Lily dengan unsur ketidaksengajaan pada malam pertunjukan Swan Lake berlangsung. Dan Nina pun berusaha untuk menyembunyikan mayatnya.

Mungkin di bagian awal film ini akan terasa membosan, karena hanya menampilkan sosok ballerina yang sangat paranoid. Tapi bukan Aronofsky namanya bila tidak memberikan kejutan di tiap scene yang dia buat. Ia mengolah karakter Nina yang tadinya sangat penurut menjadi seseorang yang sangat obsesif dan pemberontak. Begitu halus dan terkesan tidak tergesa-gesa. Hebatnya, Aronofsky bisa mempermainkan emosi kita ketika mendalami karakter Nina yang cukup aneh. Tidak heran Black Swan masuk kedalam nominasi Best Director serta Best Picture. Dan berkat akting jeniusnya dalam film ini, Natalie Portman memenangkan Best Actress.

Sayang sekali jika film ini tidak masuk ke dalam daftar film yang telah kalian tonton, karena  Aronofsky juga menyuguhkan teori “Black Swan” yang sesungguhnya di film ini. Dimana munculnya alur cerita yang tidak terduga yang berdampak masif dan dengan penjelasan yang retrospektif. Kita akan melakukan pembenaran atas esensi film dengan akhir yang sangat cerdas, tidak terduga, dan brilian ini. Selamat nonton, Dicters!

Dicted by : Lintang
"Lucky bastard! =)"

Read more

Sunday 24 April 2011

[Movie Review] Just for Kicks

0


Just for Kicks (2005)

Directed by : Thibaut de Longeville


Lisa Leone
Writers : Come Chantrel


Thibaut de Longeville
Stars
:
Grandmaster Caz


Damon Dash


Doze
Editing by : Scott Stevenson

Dokumenter yang cukup menarik, terutama bagi mereka yang tertarik dengan urban culture termasuk fenomena sneaker culture. Yup, "Just for Kicks" adalah sebuah dokumeter tentang sneaker. Mengherankan dan lucu memang bagaimana masalah sepatu bisa berubah menjadi sebuah dokumenter yang insightful.


Kita bisa mengenal sejarahnya di sini, bagaimana Run D.M.C mempopulerkan Adidas, atau Michael Jordan yang berhasil mengangkat nama Nike. Sneaker, yang awalnya dibuat semata-mata untuk kepentingan olah raga telah berubah fungsi, dipakai para breakdancer dan lantas para musisi.

Lewat wawancara dengan JDL, DMC, Missy Elliott dan berbagai pemerhati urban culture kita mengenal bagaimana sneaker lantas menjadi sebuah gaya hidup. Kita juga diajak berkenalan dengan beberapa -- mari sebut saja 'sneaker fetishes', yang bercerita perihal bagaimana obsesi mereka bermula dan bahkan argumen yang tak terelakkan dengan anggota keluarga yang semata-mata 'concern' dengan kegilaan mereka terhadap sepatu. Terdengar konsumtif? Boleh jadi begitu. Namun jika menyangkut masalah passion, apa mau dikata.




Dicted by : Willy Aditya
"Film lovers are sick people."

Read more

Sunday 17 April 2011

[Movie Review] Exit Through the Gift Shop - Banksy

0


Exit Through the Gift Shop

Directed by : Banksy
Produced by : Holly Cushing


Jaimie D'Cruz


James Gay-Rees
Narrated by : Rhys Ifans
Starring : Thierry Guetta


Banksy


Shepard Fairey


Invader


André
Music by : Geoff Barrow
Editing by : Tom Fulford


Chris King
Studio : Paranoid Pictures
Distributed by : Revolver Entertainment

Jika ide tentang seorang street artist yang berupaya membuat sebuah dokumenter tentang dunia street art terdengar membosankan dan klise, maka Banksy jelas harus diacungi jempol karena berhasil membuat "Exit Through the Gift Shop" menjadi tontonan yang informatif sekaligus menghibur secara bersamaan.

Sedari awal kita tidak dihujani dengan segala informasi perihal dunia street art semata, kita justru lebih dulu dibawa untuk mengikuti Thierry Guetta, seorang pria obsessive-compulsive dengan kegemaran merekam kehidupan di sekitarnya melalui kamera video. Dan saat Guetta akhirnya menemukan subyek untuk kegemarannya tersebut, sejarah pun dimulai. Dokumenter ini bermain dalam berbagai level: ada sejarah singkat tentang dunia street art di sini, termasuk menghadirkan beberapa nama besar para pelakunya.

Ada juga asupan biografi perihal kehidupan Guetta, videographer amatir yang lantas --atas saran Banksy sendiri, dan kelak akan Banksy sesali-- menjadi street artist instant. Lantas pertanyaan bergulir, bahkan menyoalkan keaslian film ini sebagai sebuah pure documentary. Apakah Guetta benar-benar nyata? Atau malah hanya tokoh rekaan Banksy sendiri? Apapun itu, toh pertanyaan tersebut hanya mempertajam 'pertanyaan' utama dalam film ini. (sekaligus memperlihatkan kejeniusan Banksy dalam mengatur struktur filmnya). Pertanyaan usang namun krusial perihal modern art. Terutama jika menyinggung soal 'modern works of art'. It works, but is it Art?



#dicted by : Willy Aditya

Read more

Tuesday 22 March 2011

[Movie Review] Scott Pilgrim Vs The World

0


Scott Pilgrim vs. the World memang tidak menawarkan sesuatu yang baru di dalam jalan ceritanya: seorang pria jatuh cinta dengan seorang wanita, sang wanita menolak karena memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan, dan sang pria kemudian berjuang dan melakukan apa saja untuk dapat memenangkan hati sang wanita.


Tentu saja, sutradara asal Inggris, Edgar Wright, yang sebelumnya sukses dengan Shaun of the Dead (2004) dan Hot Fuzz (2007), tidak akan menceritakan film ini dengan cara yang biasa dan membosankan.  Lewat pilihan grafis yang berwarna dan sangat memukau, Wright menjadikan Scott Pilgrim vs. the World menjadi sebuah tontonan yang sangat dapat dinikmati.

Berlatar belakang tempat di Toronto, Kanada, film ini berfokus pada kehidupan seorang pemuda bernama Scott Pilgrim (Michael Cera), seorang basis dari sebuah band bernama Sex Bob-omb. Setelah diputuskan secara sepihak oleh pacarnya, Envy Adams (Brie Larson), Scott kini mulai mengencani anak sekolahan, Knives Chau (Ellen Wong). Kisah cinta Scott dan Knives sendiri kemudian mendapatkan hambatan ketika Scott mengenal seorang gadis asal Amerika Serikat, Ramona Flowers (Mary Elizabeth Winstead), yang selama ini ternyata telah lama dikenalnya lewat mimpi-mimpi yang ia alami.

Konflik cerita baru dimulai ketika Scott bertemu dengan Ramona di sebuah klab malam, disini scott mulai menaruh rasa cinta pada Ramona yang sebenarnya berlatarkan rasa penasaran karena sosok yang sering muncul di mimpinya sangat mirip secara fisik dengan Ramona. Konflik utama di film ini adalah Scott harus bertarung melawan Seven Deadly Evil Ex'es sebutan untuk mantan-mantannya Ramona. Nah disinilah mulai diperlihatkan visual grafis yang super duper keren dengan mengambil battle scene seperti adegan-adegan dalam video game.

Tampilan visual yang sangat mengagumkan – lewat visualisasi yang dirupakan seperti sebuah pertarungan di dalam video game – memang menjadi keunggulan utama Scott Pilgrim vs. the World. Wright dengan sangat baik menonjolkan keunggulan ini dan membuat film ini terlihat menarik. Di sisi lain, tidak akan ada yang dapat menyangkal bahwa jalan cerita Scott Pilgrim vs. the World berjalan terlalu sederhana serta tanpa adanya ikatan emosional yang datang dari setiap karakternya. Karena jalan cerita yang dangkal ini pula, beberapa orang akan mengalami kebosanan, khususnya pada 30 menit sebelum kisah film ini berakhir. Masih dapat dinikmati, namun seharusnya dapat tampil lebih baik lagi.

Official trailer :


Scott Pilgrim vs. the World (2010)
Directed by Edgar Wright  
Produced by Edgar Wright, Marc Platt, Eric Gitter, Nira Park  
Written by Edgar Wright, 
Screenplay by Michael Bacall 
Graphic novel by Bryan Lee O’Malley 
Starring Michael Cera, Mary Elizabeth Winstead, Kieran Culkin, 
Ellen Wong, Alison Pill, Mark Webber, Johnny Simmons, 
Anna Kendrick, Brie Larson, Erik Knudsen, Aubrey Plaza, 
Tennessee Thomas, Satya Bhabha, Chris Evans, 
Brandon Routh, Mae Whitman, Shota Saito, Keita Saito, 
Jason Schwartzman, Bill Hader  
Music by Nigel Godrich  
Cinematography Bill Pope  
Editing by Jonathan Amos, Paul Machliss  
Studio Big Talk Films/Relativity Media  
Distributed by Universal Pictures  
Running time 112 minutes  
Country United States  
Language English


#dicted by : rzkyawn

Read more

Saturday 19 March 2011

[Movie Review] Across The Universe

0



Across The Universe adalah sebuah petualangan, petualangan yang penuh dengan imajinasi, fantasi, dan realita yang akan membuka pikiran liar anda menjadi semakin liar, psychedelic ride. Kamu harus benar - benar menghilangkan tembok pada pikiranmu agar bisa mengapresiasikan pengalaman hidup dan terheran - heran karenanya. Across The Universe dikemas dalam bentuk drama musikal romantis yang disutradarai oleh Julie Taymor, diproduseri oleh Revolution Studios, dan didistribusikan oleh Columbia Pictures. Film ini dirilis pada tanggal 12 oktober 2007 di Amerika Serikat.


Film ini juga dikemas dengan teknik videography dan photography yang sangat bagus, cocok dijadikan referensi bagi para sineas muda. Anda akan menemukan teknik-teknik photography seperti rule of third, low key, high key, framing dan lainnya. sedangkan untuk videography kita akan melihat kombinasi dari daily activity dengan animasi yang mix and match nya sangat nge-blend, sehingga penonton dimanjakan secara visual.


Secara cerita, film ini menceritakan tentang Jude (Jim Strugess) seorang pemuda yang bekerja pada pelabuhan di Liverpool - Inggris yang memutuskan untuk berkelana melintasi benua ke Amerika Serikat dengan tujuan menemukan ayah kandungnya yang tinggal di New Jersey - US. Akhirnya dia betemu dengan ayahnya yang tak pernah dikenalnya sejak kecil, tetapi yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya. Ayahnya tidak menerima dia sebagai anaknya. Disinilah petualangan Jude dimulai.



Dia akhirnya memutuskan untuk tinggal di New York, ngekos di rumah Sadie (Dana Fuchs) seorang penyanyi sebuah band rock yang sering tampil di cafe dan pub di New York. Di rumah ini dia menemukan teman - teman seperti Max (Joe Anderson) dan Prudence (T. V. Carpio) dan juga seorang wanita bernama Lucy Carrigan (Evan Rachel Wood) yang kelak menjadi kekasihnya.




Banyak pengalaman dan cerita menarik yang didapat oleh Jude di benua barunya ini, mulai dari cinta, seni, komunitas, politik sampai revolusi sebuah negara. Film ini merupakan salah satu film terbaik yang pernah saya tonton, saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton. Enjoy it!

Film ini 100% menggunakan lagu - lagu The Beatles yang di - repackaged.


Awards :
  • 65th Golden Globe Awards
    • Golden Globe Award for Best Motion Picture - Musical or Comedy
  • 80th Academy Awards
    • Nominee for Costume Design
  • 19th GLAAD Media Awards
    • Nominee for Best Film - Wide Release


  Trailer : 


#dicted by : rzkyawn

Read more