123
Showing posts with label showsreport. Show all posts
Showing posts with label showsreport. Show all posts

Friday 1 July 2011

[Shows Report] KOTAK SENI Eps.1

0


Hari Sabtu, tanggal 25 Juni 2011 adalah hari dimana para mahasiswa Politeknik Telkom yang tergabung dalam “Suara Polkom” membuat satu gebrakan baru. Ya, mungkin gebrakan baru itu tidaklah besar. Namun, pada nyatanya acara yang dilabeli “KOTAK SENI Eps.1” itu merupakan acara musik pertama yang diadakan di kampus tersebut. Tak tanggung-tanggung, mereka berhasil menggandeng Bottlesmoker, Hollywood Nobody, Teman Sebangku, dan Equivalent Exchange sebagai bintang tamu.

“Acara ini sebenarnya adalah acara independent yang sama sekali tidak terkait dengan unit kegiatan mahasiswa manapun di kampus. Kami hanya merasa bosan dan menginginkan sesuatu yang baru di kampus, selain seminar, seminar, dan seminar.” Ujar Boi, sang Ketua Acara.

Lebih dari 20 band mengisi event yang bertajuk “Now or Never” tersebut. Tak hanya itu saja, para panitia juga menyiapkan Pom-pom boys dari kampus Widyatama dan Sexy Dancers, serta stand-stand makanan di sekitar stage. 


Event yang berlangsung dari pukul 12.00 siang hingga 11.30 malam tersebut berjalan dengan baik, walaupun persiapan para panitia dalam menyelenggarakan event ini tidaklah lebih dari 2 bulan saja. “Tekad kami adalah menuntaskan event ini sampai akhir, karena ini acara musik pertama di kampus. Dan harapan kami, semoga event ini bukan menjadi yang terakhir, tapi ada episode-episode dari Kotak Seni selanjutnya.” Boi menambahkan.


Dengan setting outdoor, dimana bintang bisa terlihat jelas bertaburan di langit, serta landscape kampus yang luas, malam puncak acara tersebut menjadi begitu istimewa. Dan ternyata, bukan hanya itu saja. Pesta kembang api yang menjadi penutup acara ini benar-benar menjadikan event ini sebagai momen yang tidak terlupakan.


Keep up the spirit of youth!


Dicted by : Rissastellar
"forever young, forever on fire!

Read more

Wednesday 22 June 2011

[Shows Report] Press Conference Mocca (Last Show)

0



Banyak yang menyayangkan dengan keputusan MOCCA yang menyatakan bahwa mereka akan vakum untuk waktu yang tidak ditentukan. Seperti disampaikan dalam press conference mereka pada 17 Juni 2011 di Lou Belle, Bandung.

Adalah sebuah rentetetan kejadian yang serba kebetulan, yang menuntut mereka untuk mengambil keputusan mengagetkan ini. Arina Ephipania (vocalist) yang sudah dikabarkan sejak lama akan menikah pada akhir tahun 2011 ini di Amerika. Kabarnya ia pun harus menetap di sana untuk waktu beberapa lama hingga mendapatkan green card. Begitupun dengan Ahmad Pratama (bass), Indra Massad (drum), Riko Prayitno (gitar) yang kebetulan sedang sangat disibukkan dengan kesibukan mereka masing-masing diluar Mocca.

“Yang paling berat adalah mengabarkan ini semua ke fans…karena ini semacam bentuk pertanggungjawaban. Karena fans-lah, Mocca masih tetap ada.” 

itulah kalimat yang keluar dari mereka di hadapan rekan-rekan swinging friends, beberapa undangan dan media. Band yang telah eksis sejak awal tahun 2000an ini tentunya telah memikirkan semuanya dengan matang dan dengan berbagai pertimbangan. Namun akhirnya keputusan untuk vakum adalah yang terbaik untuk diambil.


Mereka menyatakan bahwa belum ada rencana yang bisa mereka janjikan mengenai Mocca selanjutnya. Mereka hanya menyatakan bahwa momen saat ini adalah saat yang tepat bagi Mocca untuk beristirahat. Tapi tidak menutup kemungkinan kelak ada saatnya dimana Mocca kembali berkumpul dan membuat single kembali.

Pada press conference kala itu pun, Mocca menyampaikan informasi tentang konser mereka yang bertajuk : LAST SHOW MOCCA (Annabelle and the music box). Yang akan dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2011 di Jakarta. Konser ini merupakan persembahan khusus dari Mocca kepada Swinging Friends yang telah mendukung serta mengikuti perjalanan karir mereka selama ini. Konser ini pun merupakan konser pertama bagi Mocca, sekaligus terakhir sebelum Mocca vakum.


Tidak sembarangan, band-band yang kelak akan diajak berkolaborasi adalah band-band yang juga luar biasa. Naif, White Shoes Snd The Couples Company, Sore, Endah & Rhesa dan Float. Tak lupa juga akan ada penampilan dari Kabaret Bosmat dari Bandung, visual art, juga penampilan dari beberapa artis pendukung seperti Ringgo Agus Rahman dan juga sang jurnalis Soleh Solihun.

Annabelle and the music box sendiri mengisahkan tentang seorang gadis bernama Annabelle yang masuk ke dunia impian dalam sebuah kotak musik dimana lagu-lagu Mocca akan membalut petualangan sang gadis dalam menemukan kebahagian dan cintanya. Kabarnya, nanti Mocca akan membawakan sebanyak 17 lagu. Pastinya kelak Mocca akan memberikan kejutan, dan tentu saja menyajikan tampilan konser yang sangat berbeda dengan konser-konser sebelumnya.

Apapun keputusannya, mari kita terima dengan lapang dada dan berharap segala yang terbaik bagi Mocca. Dan semoga, konser Annabelle and the music box dari Mocca ini dapat berjalan dengan lancar dan memuaskan.



Words by : BobSatriya
Instagram by : felixtstarigan

Read more

Thursday 5 May 2011

[Shows Report] KAMPOENG JAZZ 2011

0


Musisi Internasional di Panggung Kampus

Akhir pekan memang selalu sibuk di kota kembang. Invasi turis domestik dari luar kota yang menerjang Factory Outlet dan mall, jalanan macet, sampai wisata kuliner selalu memeriahkan Sabtu malam. Tapi agak lain di hari sabtu, 30 April 2011 lalu. Selain kemeriahan akibat kesibukan akhir pekan tersebut, Kampus Universitas Padjadjaran Jln. Dipati Ukur No. 35 Bandung tengah menggelar sebuah acara akbar yang diselenggarakan secara tahunan, yang dikenal dengan nama “Kampoeng Jazz 2011 : Jazzolution ‘where music impact society’ ”.


Gelaran yang di-organized oleh BEM Fakultas Hukum Unpad ini telah menyita perhatian ribuan pasang mata dan telinga. Betapa tidak, tanpa tanggung-tanggung, event tahunan ini memboyong musisi-musisi tingkat Internasional. Antusiasme penikmat musik begitu tinggi pada acara ini, terbukti dengan sold-outnya tiket. Meskipun mereka harus merogoh kocek untuk tiket pre-order seharga Rp. 120.000,- atau On The Spot yang di banderol Rp. 150.000,-. Tapi itu sungguh merupakan harga yang sangat worth untuk menikmati kualitas event semacam ini. Terlebih dengan pembelian tiket tersebut, penikmat musik secara tidak langsung telah menyumbang sebagian hartanya bagi orang-orang yang membutuhkan. Mari kita beri judul : Hang out sambil beramal baik.  :)

Seperti biasa, bagi teman-teman yang tidak dapat hadir di acara Kampoeng Jazz 2011, Bitterdict akan mengulasnya secara eksklusif dan mendalam.

Gerbang Kampus Unpad seakan disulap oleh instalasi kokoh nan megah serupa gapura berbahan metal. Membentuk barisan pengantri tiket dan yang sedang melakukan body checking sebelum masuk area venue tersita perhatiannya. Pengalaman yang lebih enjoy lagi adalah ketika pengunjung berjalan menuju area venue utama, disana kita disuguhkan dengan segala macam pernik dekorasi yang nikmat dipandang mata. Puluhan stand yang menjajakan berbagai jenis produk pun tak dapat luput dari perhatian. Dari mulai stand food and baverages, clothings, hingga accessories pun turut memeriahkan suasana disana dan siap menjamin segala kebutuhan pengunjung yang datang.

Ukuran panggung yang ekstra besar begitu terlihat mencolok dari kejauhan. Sound dan tata lampu yang juga sangat mumpuni begitu membuat semakin jelas bahwa Kampoeng Jazz 2011 adalah event besar dengan konsep total dan budget yang maksimal.

Acara dimulai pada pukul 13.00 WIB, dengan dibuka oleh pihak panitia dan Dekan Fakultas Hukum Unpad. Setelah itu penampilan dari beberapa pengisi acara pembuka, yang antara lain: Road Stone, Stereotitude, Royal Flush, Soul of Magnolia, penampilan dari Komunitas Anak Jalanan, KPH All Star, dan juga Project 3.

Saat break ashar, langit mulai terlihat tanpa cahaya. Namun pengunjung yang kebanyakan berusia duapuluhan terlihat semakin banyak memasuki area kampus. Dengan berpasangan maupun rombongan, mereka terlihat sangat antusias menantikan penampilan artis-artis yang mereka tunggu. Pengunjung sendiri tidak hanya berasal dari dalam kota saja, melainkan dari berbagai tempat di luar Bandung. Betapa tidak, melalui kerjasama dengan salah satu sponsornya, pihak panitia menyediakan konten tiket jasa transport PP Jakarta-Bandung.

Di atas panggung, giliran YWF (Yovie Widianto Fussion) yang menghibur pengunjung. Artis kenamaan ibu kota ini begitu menghibur penonton yang kebanyakan ber-gender wanita tersebut. Lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu bertemakan cinta yang sedap di telinga. Namun sayang, langit yang sedari tadi gelap kini mulai menjatuhkan airnya. Dan semakin lama semakin deras. Tapi kala itu penonton tak terlalu menghiraukan basah ditubuhnya. Terlebih lagi, ketika lagu terakhir, Yovie mengundang Mario (Kahitna) untuk bergabung dan bernyanyi bersama.

Usai penampilan mereka, venue benar-benar diguyur hujan lebat. Penonton yang sejak tadi menguatkan diri berada di hadapan panggung, akhirnya harus mengalah pada cuaca. Beberapa diantaranya ada yang berinisiatif membawa payung sebelumnya, tapi derasnya hujan tetap memaksa mereka untuk menepi mencari tempat kering disekitaran venue.

Beberapa penonton terlihat basah kuyup, dandanan mereka yang awalnya all out, haruslah luntur oleh ganasnya hujan yang mendera. Diantara mereka bahkan mengeluarkan kata-kata miring: “Kita ngeluarin 120 ribu buat ujan-ujanan?”. Kekecewaan yang senada pun banyak dilontarkan penonton di status twitter mereka. Memang kekecewaan penonton tidak dapat disalahkan, akan tetapi hal tersebut pun bukan merupakan kesalahan mutlak dari pihak panitia. Toh, tiada seorang pun yang bisa melawan kehendak alam, kan? Akhirnya panitia berinisiatif untuk rehat acara sejenak hingga hujan reda.

Diantara waktu rehat tersebut, penonton banyak yang menyerang boot/stand yang tersedia di bagian selatan venue. Banyak diantara mereka yang mengisi perut, memberi merchandise, atau sekedar berkeliling. Hujan kala itu tidak sebesar tadi.

Kira-kira pukul 19.15, Tesla Manaf ft MGG (Mahagotra Ganesha) dari Bali menguasai panggung. Aura etnik begitu kental terasa. Dengan alat musik gamelan asal Bali, dan penampilan penari Bali di salah satu lagunya, terlihat sangat total dan unik.


20.00 WIB, adalah giliran ESQI:EF (Syaharani and Queen Fireworks) untuk perform. Hujan mulai mengecil namun tidak sepenuhnya reda. Penonton mulai berangsur kembali kehadapan panggung. Kali ini mereka, seakan dipersenjatai, membawa payung warna-warni. Dan kala itu di hadapan panggung terlihat romantis dengan hamparan terbukanya ratusan payung warna-warni.

Lagu yang berjudul Picnic To The Sky dari Syaharani begitu menghangatkan suasana dikala dinginnya cuaca mendera. Suara emasnya seakan menyihir mood penonton yang sempat dibuat kesal oleh datangnya hujan menjadi berbunga-bunga dan bahagia. Lagu Fly Me To The Moon yang di tenarkan oleh sang legenda Frank Sinatra, malam itu pun dimainkan dengan lebih jazzy dan smooth.

Band yang kabarnya “going indie” di album terbarunya ini pun memainkan lagu-lagu baru mereka. Any time, KKSPL (Kekasih Palsu), Take The Train dan Mungkin, tak luput dari song list mereka. Dan kala itu area venue telah padat dan payung warna-warni satu per satu mulai dilipat pemiliknya karena hujan telah reda. Penampilan memukaunya diakhiri oleh ditampilkannya lagu Morning Coffee dan Sayang Sayang Sayang. Membuat penonton yang kala itu datang bersama pasangannya semakin menambah erat pelukan mereka.

Gelak tawa penonton pecah, ketika ESQI:EF turun dari panggung dan digantikan oleh MC legendaris Edie Brokoli dan Melanie Subono. Mereka menguasai mic dengan banyolan mereka yang segar, cerdas namun renyah dan terkadang absurd. Puluhan hadiah dari pihak sponsor mereka bagikan kepada penonton selama acara belangsung, melalui pertanyaan-pertanyaan mudah namun menjebak dan jenaka.

Pukul 21.20, penonton dibuat terpukau oleh penampakan Gadis Oriental berwajah manis asal Filipina. Siapa lagi jika bukan Sabrina. Penyanyi wanita yang terlihat sexy dengan balutan sparkling black dress ini dikenal dengan kehandalannya membawakan lagu repackage dari band-band yang saat ini sedang hype. Kehadirannya memang banyak ditunggu penonton, terutama yang se-gender dengannya. Panggung di hentak oleh lagu Dj's Got Us Falling in Love (Usher) di awal penampilannya. Dilanjutkan dengan Soul Sister (Train). Kemudian dilanjutkan oleh medley dari lagu-lagu yang tercatat berjudul: Wherever You Will Go, Stickwitu, Irish, Appologize,  dan I’m Yours.


Penonton dibuat semakin terlarut oleh karakter vocal clean dan girly dari Sabrina, saat ia menyanyikan Dynamite dan So Sick. Namun yang memukau penonton kala itu adalah lagu-lagu hits Lady Gaga yang (ajaibnya) juga dibawakan secara medley. Tercatat lima lagu Lady Gaga yang di medley-kan malam itu (Poker Face, Telephone, Paparazzi, Just Dance, dan Bad Romence). Penonton pun dikejutkan saat Sabrina memanggil Calvin Jeremy untuk duet bersamanya membawakan Just The Way You Are. Penampilan manisnya ditutup oleh Fireworks (Katy Perry).

Tak terasa malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Namun suasana jauh semakin hangat dan romantis. Angelic Voices milik Dira Sugandhi membahana ke setiap jengkal venue. Ia membuat bulu kuduk berdiri dengan suara mahalnya. Penyanyi yang belakangan diketahui berasal dari Bandung ini, sudah tak perlu lagi diragukan reputasi internasional-nya. Selain sudah berlalu-lalang di dunia Jazz Internasional sejak lama, beliau pun tak bisa dipisahkan dengan reputasi band Legenda Jazz dunia, Incognito.



Warna suaranya yang kuat dan berkarakter membuat penikmat-penikmat music Jazz berusia senior terlihat begitu takjub dan sangat menikmati musiknya di sela-sela penonton berusia remaja. Let’s Go Back, Get Thru To U, Kucemburu, dan Essentially Yours adalah lagu yang dibawakan Penyanyi yang terlihat sexy dan elegant dengan balutan dress hitamnya. Tak lupa, Dira pun membawakan Hand on Your Heart yang di populerkan Kylie Minogue dengan lebih mendalam dan syahdu. Di akhir penampilannya, lagu-lagu hits kebanggaan Incognito pun turut ditampilkan dengan sangat anggun. Menurut Bitterdict, penampilan Dira Sugandi adalah penampilan terbaik malam itu. Semua pengunjung sangat terpuaskan oleh penampilannya.


Saatnya puncak acara. Bertepatan dengan pukul 24.00, bintang tamu yang paling ditunggu-tunggu perform di atas panggung. Band yang lagunya sudah banyak melekat di telinga anak muda ini mendapatkan hysteria klimaks. Ribuan penonton yang meski terlihat kelelahan, diajak ber”goyang” oleh band asal Perancis ini, Tahiti 80. Dengan tenaga yang tersisa, para penonton pun semakin dibuat histeris saat Xavier Boyer sang lead vocal, menyapa dalam bahasa Sunda: “Wilujeng Sumping Ka Kampung Jazz….Hallo Bandung!

Mereka benar-benar memanaskan puncak acara. Penonton wanita terpukau dengan aksi panggung Pedro Resende (bassist) yang tak malu-malu bergoyang dengan tubuh bongsornya. Juga Raphaël Léger dan Julien Barbagallo yang selalu bertukar posisi dan alat yang mereka mainkan di beberapa sela lagu yang dimainkan. Tercatat 16 lagu mereka mainkan, selama kurang lebih 90 menit.

Here Comes, Unpredictable, Defender, Better Days Will Come, Easy, Gate 33, Antonelli, Big Day, 1000 Times, Changes, Soul Deep, Darlin' dan Crack Up adalah lagu yang ada di playlist mereka.

Tak banyak kata-kata yang bisa Bitterdict sampaikan mengenai performa mereka di atas panggung. Penampilan kedua mereka di Indonesia ini sungguh maksimal dan memuaskan. That was really cool performance! Klimaks penonton diakhiri dengan lagu yang tak asing di telinga gadis-gadis, apalagi jika bukan Somehing About You Girl, dan HeartBeat.

Mengutip dari situs resmi mereka http://www.tahiti80.com/, Tahiti 80 mengeluarkan testimonial seusai acara:

Hi
Enjoying life in bandung.
Temperature is great for some European dudes such like us. It’s warm but not so humid. Anyway, it’s great to have some time off to visit the city, to feel the viiiiiibe. It’s a 48hr journey, we might as well have fun.
Tonite is the night.
we’ll be performing on the campus. The sound-system is great according to our FOH angyneer. The promoters have hired a weather-guru to prevent the rain from falling, let’s keep our fingers crossed: everything’s gonna be just fine!
Sungguh penampilan yang luar biasa dari musisi-musisi yang luar biasa juga. Merupakan “Biggest Lost” bagi teman-teman yang tak dapat hadir di Kampoeng Jazz kali ini. Salut bagi pihak panitia yang telah dapat menyelenggarakan event semegah dan seajaib ini ke hadapan penikmat musik di dalam kampus. We give you “High Five” for that!

What They Say?

L to R : @kemita , @ArjunaSirait , @ssiscaa

@kemita :
"COOL, EXCELLENT, AMAZING!"

@ArjunaSirait :
"Gokilll, LUAR BIASA, SUPER!"

@ssiscaa :
"COOL !, COOL !, COOL !"











Words by : BobSatriya
Photograph by : rzkyawn , elfusuy , refanramadhan

Read more

Friday 15 April 2011

[Shows Report] Mancawarna Sarasvati

0

KONSER LOKAL KELAS INTERNASIONAL

“Mencoba berdiri sendiri membentuk warna-warna yang belum pernah bisa terpancar dari dalam kepala. Merangkak menuju suatu titik dimana suatu yang mereka sebut terang bisa terlihat dengan jelas dimata saya.
Pada akhirnya saya melihat warna merah disebuah nada yang saya sebut amarah, melihat warna hijau yang saya sebut kedamaian, melihat warna biru yang saya sebut kenangan, melihat warna kuning yang saya sebut kesenangan.
Merah, hijau, biru, kuning, dan beberapa warna lain yang ada di mata saya bersatu padu menciptakan sebuah terang yang membuat saya merasa inilah terang yang sebenar-benarnya dimata saya.
Orang boleh berteriak ini adalah sebuah kegalauan, orang boleh berteriak ini adalah sebuah kesunyian, orang boleh berteriak ini adalah ketiadaan, orang boleh berteriak ini kegelapan.
Terang dimata saya adalah hitam, didalamnya terdapat merah hijau biru kuning dan warna lainnya melebur menjadi satu, menciptakan suatu keindahan yang tidak bisa diungkapkan dan dirasakan sekilas.
Pejamkan mata, rasakan perlahan, biarkan diri tenggelam didalamnya, tutup telinga, tulikan sesaat dan teriakkan yang menganggap nyinyir.. buka isi kepala, biarkan mereka menyusup perlahan.. perlahan. .dan perlahan terang ini lebih terang dari apapun yang ada di alam semesta. Merah hijau biru kuning bersatu padu dalam sebuah hirtam..terbalut dalam sebuah nama Mancawarna sarasvati
Risa Saraswati ”



Langit sedang mendung sore itu. Namun kala itu adalah hari yang ditunggu oleh banyak orang. Kamis 14 April 2011, sesuai dengan Billboard raksasa, poster-poster yang tersebar hampir di setiap lokasi strategis di kota kembang dan info-info di dunia maya, bahwa saat malam tiba, di kawasan Theater Tertutup Dago Tea House akan ada konser bertajuk Mancawarna Sarasvati.

Animo calon penonton pun sudah terlihat sejak pukul tiga sore. Nampak dengan sudah padatnya antrian di ticket box yang mengular. Tapi sayang, ketika ticket box dibuka baru beberapa saat dan antrian yang telah panjang itu mulai dilayani beberapa orang, panitia menyatakan bahwa tiket seharga Rp. 30.000,- itu telah sold out. Terlihat wajah penuh rasa kecewa dan tidak percaya dari semua calon penonton yang mengantri yang jumlahnya sudah ratusan orang itu. Mereka tidak menyangka bahwa mereka harus pulang dan merelakan band pujaan mereka, Sarasvati, melangsungkan konser tunggal tanpa bisa mereka saksikan secara langsung. Tapi itulah faktanya, “demi kenyamanan penonton di ruangan saat menonton nanti, maka kapasitas penonton memang dibatasi”, ujar Risa sang Vocalist sekaligus Former Sarasvati, yang mendatangi langsung antrian dihadapan ticket box itu sambil memohon maaf.

Memang, tiket sudah dijual sebelumnya dalam bentuk presale di Omunium Store. Namun tiket pun habis dengan segera. Sehingga stock untuk ticket box sendiri sangat sedikit. Untuk teman-teman yang tidak bisa hadir, tidak perlu terlalu bersedih. Karena Bitterdict akan memberikan review Konser Mancawarna Sarasvati ini dengan lengkap.

Open Gate 19.00 WIB
Usai melakukan penyobekan tiket, dan body check oleh beberapa orang security di luar, para penonton dihadapkan dengan konsep ruangan penuh kain hitam. Dan yang mengejutkan adalah, adanya dekorasi berbau gothic dengan manekin manusia asli. Yah, aksi teatrikal dari beberapa orang berkostum hantu. Hal tersebut cukup menarik perhatian banyak orang. Banyak yang berfoto-foto dan mengganggu beberapa hantu wanita dan bahkan ada yang mengajaknya berkenalan. Tapi “hantu-hantu” itu konsisten dalam posisi konstannya.

Saat masuk ke area venue utama, penonton sudah cukup padat. Pencahayaan minim membuat suasana horror kian terasa. Karena memang banyak yang mengartikan musik Sarasvati ini memiliki nuansa mistis yang kentara. Aksen panggung yang megah dengan tirai kelambu coklat yang tertutup dan deretan lilin-lilin yang menyala temaram, membuat bulu kuduk semakin dibuat menari-nari. Di kanan panggung dapat terlihat deretan batu nisan yang membuat kesan bahwa disana adalah kuburan. Dan di arah yang berlawanan ada kumpulan orang-orang berpakaian hitam yang sedang duduk dengan mata kosong, yang diantaranya terdapat M. Tulus, salah satu personil Sarasvati.

Show Begin 20.00 WIB
Monologue dalam bahasa Sunda dari Man Jasad, former Karinding Attack yang memang dijadwalkan berkolaborasi dengan Sarasvati dalam konser ini seakan menghipnotis penonton. Tiada suara sedikitpun dari arah penonton. Monologue itu menandakan bahwa acara dimulai. Lagu pertama yang dibawakan adalah Detik Hidup karya Iwan Abdulrachman. Tirai saat itu belum terbuka, tapi riuh tepuk tangan penonton sudah membahana.

Tirai terbuka di lagu kedua, Fight Club, Sekali lagi tepuk tangan membahana. Risa Saraswati terduduk di tengah panggung kemudian berdiri dan bernyanyi. Panggung terlihat luar biasa megah, berkesan horror namun elegan dan romantis. Pencahayaan yang apik ditambah ornamen lampu gantung berpenerangan lilin ala film-film vampir skandinavia ikut melengkapi suasana mistis yang terasa semakin bertambah kental saja setiap detiknya.

Panggung besar itu pun diisi oleh banyak orang dengan masing-masing alat musiknya. Di bagian belakang ada Bohemian Orchestra dengan balutan pakaian hitam memakai topeng opera dan anggota band Sarasvati yang berada di sampingnya. Sementara di bagian depan ada Karinding attack dengan alat musik “Karinding” khas Jawa Barat. Semua kostum serba hitam.

Segera saja disusul dengan lagu Cut and Paste, yang sudah tidak asing lagi di telinga penonton. Terlihat beberapa orang yang juga hafal dengan lagu tersebut turut bernyanyi dengan Risa yang malam itu terlihat sangat anggun namun energic, menguasai panggung dengan tarian dan lompatan-lompatan manja.

Lagu selanjutnya masih dari EP Sarasvati yang dirilis setahun lalu, Question. kemudian dilanjutkan oleh lagu tragis tentang cinta tak terungkap, Oh I Never Know. Kala itu M. Tulus beranjak dari kursinya di sisi panggung, kemudian berjalan ke arah panggung sambil duet bersama Risa.

Melati Suci gubahan Guruh Soekarno Putra pun dibawakan oleh Sarasvati malam itu. Kecintaan Risa terhadap lagu lawas yang tak using ditelan zaman membuatnya menjadi satu dari sedikit musisi muda berbakat yang mengapresiasi karya seniman musik terdahulu. Lantunan lagu itu pun terlihat semakin anggun dengan masuknya dua orang penari yang mengiringi Risa bernyanyi.

Berbeda dengan lagu sebelumnya yang anggun, Bilur membuat suasana menjadi kembali mencekam. Terlebih ketika ibu Ida Widawati sang “juru kawih” muncul diantara diorama batu-batu nisan di sebelah kanan panggung. Suasana lagu ini semakin saja memuncakkan atmosphere mistis.

Lagu karya Iwan Abdulrachman kembali dinyanyikan Risa. Kali ini yang berjudul Melati Putih. Suara Angelic Risa memang benar-benar luar biasa malam itu. Didukung dengan sound panggung yang juga mumpuni. Kemudian dilanjutkan dengan lagu yang tidak asing dikalangan generasi sebelum kita, Kala Sang Surya Tenggelam yang ditenarkan oleh Chrisye. Yang uniknya dikolaborasikan dengan beberapa orang yang membawa alat musik jepang “Taishogoto”. Membuat sound lagu itu menjadi sangat kaya dan penuh warna. Sesuai dengan konsep acaranya, yaitu Mancawarna yang berarti banyak warna.

Seusai lagu itu, Risa beranjak ke belakang panggung dan Karinding Attack memainkan instrumennya. Selang beberapa lama, Risa keluar dengan kostum merah. Dan langsung menyanyikan lagu Tiga Titik Hitam dari Burgerkill. Tidak tanggung-tanggung. Sarasvati langsung memboyong Vocalist Burgerkill, Vicky untuk berkolaborasi malam itu. Alunan Lagu dari semua alat musik terdengar cadas kala itu.

Kemudian lagu "Perjalanan" yang sempat dipopulerkan oleh Franky and Jane dikumandangkan. Setelah itu, penonton dibuat tercengang dan bulu kuduk kembali dibuat berdiri. Karena Lagu legendaris Gloomy Sunday dinyanyikan Risa dengan nuansa yang sangat epic. Seluruh tubuh seakan tak hentinya dibuat merinding sejak awal dinyanyikan hingga lagu ini berakhir. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

Tidak hanya bernyanyi, Risa pun seusai menyanyikan lagu Gloomy Sunday, mengajak penonton untuk melihat cuplikan film dari almarhum Kang Ibing sang maestro tatar sunda dari dua big screen di kanan dan kiri panggung. Kemudian dilanjutkan dengan Monologue Risa tentang pentingnya mencintai budaya bangsa dan para pahlawan terdahulu. Suasana semakin syahdu ketika Risa mulai menyanyikan lagu nasional, Gugur Bunga. Bahana tepuk tangan penonton pun pecah, ketika Cholil “Efek Rumah Kaca” muncul di panggung, bernyanyi lagu nasional ini bersama Risa. Semua orang di areal venue seakan mendapatkan suntikan nasionalisme.

Tak terasa sudah dua jam acara berlangsung. Tapi penonton tidak ingin beranjak. Show masih berlanjut, dan waktu itu Sarasvati membawakan lagu barunya yang pertama kali diperdengarkan di hadapan publik yang berjudul Aku dan Buih. Lagu yang harmonis dan membuat penonton terhanyut. Mungkin kelak, lagu ini akan masuk ke deretan lagu di album terbarunya.

Penutup, lagu yang sama dengan judul album mini Sarasvati yaitu “Story Of Peter”, dinyanyikan. Semua orang bernyanyi bersama Sarasvati. Penonton yang berasal dari berbagai rentang usia itu seakan tak henti-hentinya  dikejutkan oleh keajaiban-keajaiban. Kali ini dari deretan penonton turun beberapa orang penari yang kemudian berdansa di bawah panggung bersama seorang anak “bule” yang menjadi icon di cover album Story Of Peter yang juga hadir dan memeriahkan suasana. Penonton dibius dengan keceriaan, kegelapan, nuansa horror, mistis, dan elegan yang kesemuanya dicampuradukkan dalam sebuah harmoni konser Mancawarna Sarasvati yang amat memukau.

Saat semua itu selesai, tepuk tangan kencang membahana. Standing applause memang sangatlah pantas untuk mereka. Salut untuk Sarasvati dan pihak penyelenggara yang bisa membuat konsep acara dan membuatnya menjadi karya nyata yang semewah dan seelegan itu. Nice Work Risa. Nice Work Sarasvati!



Dicted by : BobSatriya

"null"

Photograph by : refanramadhan

"Real power does not hit hard , but straight to the point."

Read more

Saturday 26 March 2011

[Shows Report] The Panic "Ethnic Version Showcase"

0


Braga Cafe & Craft terlihat gelap tadi malam, hanya terlihat sinar dari dua buah lampu petromak yang bercahaya dan keramaian orang di dalamnya. Yap, malam itu (Sabtu/26 Maret 2011) Braga Cafe & Resto kedatangan temen-temen dari The Panic yang menggelar Ethnic Version Showcase mereka.


Suasana etnik sangat terasa di Braga Cafe & Resto tadi malam didukung oleh setting panggung yang unik, pencahayaan yang minimalis, dekorasi etnik, dan tentunya alat-alat musik tradisional yang digunakan oleh The Panic yang membuat tema "Ethnic Version Showcase" malam itu begitu terasa feelnya.

Para Pengunjung seakan bertanya-tanya ketika venue tiba-tiba menjadi gelap, dan dikejutkan oleh kedatangan seorang pantomim yang membawa petromax. Yap, pantomim menjadi pertanda acara pada malam itu sedang dimulai. Terlihat didalam cahaya yang minim para personil The Panic mengikuti sang penuntun dalam kegelapan itu ke atas stage. That's it, sebuah pembuka yang sangat unik dan original yang disajikan oleh temen-temen The Panic.

Pen dan Unconfident Earth menjadi 2 lagu pembuka yang dibawakan oleh The Panic untuk menghangatkan venue yang gelap dan dingin (karena diluar hujan bro). Dan single mereka All Human Talk menjadi lagu ketiga sekaligus menjadi lagu penutup untuk sesi pertama sebelum break dan pemutaran video clip All Human Talk (click to watch the video). Pada lagu All Human Talk juga diiringi oleh aksi teatrikal yang mencoba memberikan visualisasi dari lagu tersebut. Android Age, River On The Street, Child On The War, Promises, Mad=Dead, Rises From The West dan Inner Megalomania menjadi lagu penutup yang dimainkan pada malam yang sangat pragmatis itu.

Ketika ditanya mengapa mengangkat tema etnik pada showcase kali ini, The Panic menjawab mereka ingin memperkenalkan dan mengingatkan kembali alat-alat musik tradisional indonesia kepada penikmat musik. Tetapi kita tidak mengubah aransemen semua lagu kita dengan unsur etnik, hal ini dikarenakan tidak semua lagu kita cocok dengan dengan instrumen tradisional. Akis menambahkan "kita ga mau kesannya jadi maksain mengaransemen lagu-lagu kita dengan unsur etnik kalo hasilnya malah jadi ga maksimal, dan kita menjaga nilai luhur dari alat-alat musik tradisional bangsa kita".

Sedikit ada kontradiksi dibenak bitterdict.com, kenapa The Panic menggunakan lirik-lirik yang semuanya berbahasa asing (english) sedangkan The Panic sendiri ingin memperkenalkan budaya Indonesia pada dunia melalui musiknya? The Panic menjawab bahwa ada kesulitan dalam bahasa indonesia yang terlalu baku untuk disesuaikan dengan musik kita, dan kita ingin musik kita bisa dinikmati secara universal. Dan Ethnic Version inilah sebagai salah satu cara kita untuk tetap memperkenalkan budaya tradisional Indonesia pada para penikmat musik.


Credit : 
Band : The Panic ( http://www.reverbnation.com/thepanicindonesia )
Showcase present by : Pen Management
for more photo gallery of this event -> The Panic Ethnic Showcase Gallery 


Dicted by : rzkyawn

"WHATEVER PEOPLE SAY I AM, THAT'S WHAT I'M NOT!"

Photograph by : refanramadhan

"Real power does not hit hard , but straight to the point."

Read more