123

Friday 15 April 2011

[Shows Report] Mancawarna Sarasvati

0

KONSER LOKAL KELAS INTERNASIONAL

“Mencoba berdiri sendiri membentuk warna-warna yang belum pernah bisa terpancar dari dalam kepala. Merangkak menuju suatu titik dimana suatu yang mereka sebut terang bisa terlihat dengan jelas dimata saya.
Pada akhirnya saya melihat warna merah disebuah nada yang saya sebut amarah, melihat warna hijau yang saya sebut kedamaian, melihat warna biru yang saya sebut kenangan, melihat warna kuning yang saya sebut kesenangan.
Merah, hijau, biru, kuning, dan beberapa warna lain yang ada di mata saya bersatu padu menciptakan sebuah terang yang membuat saya merasa inilah terang yang sebenar-benarnya dimata saya.
Orang boleh berteriak ini adalah sebuah kegalauan, orang boleh berteriak ini adalah sebuah kesunyian, orang boleh berteriak ini adalah ketiadaan, orang boleh berteriak ini kegelapan.
Terang dimata saya adalah hitam, didalamnya terdapat merah hijau biru kuning dan warna lainnya melebur menjadi satu, menciptakan suatu keindahan yang tidak bisa diungkapkan dan dirasakan sekilas.
Pejamkan mata, rasakan perlahan, biarkan diri tenggelam didalamnya, tutup telinga, tulikan sesaat dan teriakkan yang menganggap nyinyir.. buka isi kepala, biarkan mereka menyusup perlahan.. perlahan. .dan perlahan terang ini lebih terang dari apapun yang ada di alam semesta. Merah hijau biru kuning bersatu padu dalam sebuah hirtam..terbalut dalam sebuah nama Mancawarna sarasvati
Risa Saraswati ”



Langit sedang mendung sore itu. Namun kala itu adalah hari yang ditunggu oleh banyak orang. Kamis 14 April 2011, sesuai dengan Billboard raksasa, poster-poster yang tersebar hampir di setiap lokasi strategis di kota kembang dan info-info di dunia maya, bahwa saat malam tiba, di kawasan Theater Tertutup Dago Tea House akan ada konser bertajuk Mancawarna Sarasvati.

Animo calon penonton pun sudah terlihat sejak pukul tiga sore. Nampak dengan sudah padatnya antrian di ticket box yang mengular. Tapi sayang, ketika ticket box dibuka baru beberapa saat dan antrian yang telah panjang itu mulai dilayani beberapa orang, panitia menyatakan bahwa tiket seharga Rp. 30.000,- itu telah sold out. Terlihat wajah penuh rasa kecewa dan tidak percaya dari semua calon penonton yang mengantri yang jumlahnya sudah ratusan orang itu. Mereka tidak menyangka bahwa mereka harus pulang dan merelakan band pujaan mereka, Sarasvati, melangsungkan konser tunggal tanpa bisa mereka saksikan secara langsung. Tapi itulah faktanya, “demi kenyamanan penonton di ruangan saat menonton nanti, maka kapasitas penonton memang dibatasi”, ujar Risa sang Vocalist sekaligus Former Sarasvati, yang mendatangi langsung antrian dihadapan ticket box itu sambil memohon maaf.

Memang, tiket sudah dijual sebelumnya dalam bentuk presale di Omunium Store. Namun tiket pun habis dengan segera. Sehingga stock untuk ticket box sendiri sangat sedikit. Untuk teman-teman yang tidak bisa hadir, tidak perlu terlalu bersedih. Karena Bitterdict akan memberikan review Konser Mancawarna Sarasvati ini dengan lengkap.

Open Gate 19.00 WIB
Usai melakukan penyobekan tiket, dan body check oleh beberapa orang security di luar, para penonton dihadapkan dengan konsep ruangan penuh kain hitam. Dan yang mengejutkan adalah, adanya dekorasi berbau gothic dengan manekin manusia asli. Yah, aksi teatrikal dari beberapa orang berkostum hantu. Hal tersebut cukup menarik perhatian banyak orang. Banyak yang berfoto-foto dan mengganggu beberapa hantu wanita dan bahkan ada yang mengajaknya berkenalan. Tapi “hantu-hantu” itu konsisten dalam posisi konstannya.

Saat masuk ke area venue utama, penonton sudah cukup padat. Pencahayaan minim membuat suasana horror kian terasa. Karena memang banyak yang mengartikan musik Sarasvati ini memiliki nuansa mistis yang kentara. Aksen panggung yang megah dengan tirai kelambu coklat yang tertutup dan deretan lilin-lilin yang menyala temaram, membuat bulu kuduk semakin dibuat menari-nari. Di kanan panggung dapat terlihat deretan batu nisan yang membuat kesan bahwa disana adalah kuburan. Dan di arah yang berlawanan ada kumpulan orang-orang berpakaian hitam yang sedang duduk dengan mata kosong, yang diantaranya terdapat M. Tulus, salah satu personil Sarasvati.

Show Begin 20.00 WIB
Monologue dalam bahasa Sunda dari Man Jasad, former Karinding Attack yang memang dijadwalkan berkolaborasi dengan Sarasvati dalam konser ini seakan menghipnotis penonton. Tiada suara sedikitpun dari arah penonton. Monologue itu menandakan bahwa acara dimulai. Lagu pertama yang dibawakan adalah Detik Hidup karya Iwan Abdulrachman. Tirai saat itu belum terbuka, tapi riuh tepuk tangan penonton sudah membahana.

Tirai terbuka di lagu kedua, Fight Club, Sekali lagi tepuk tangan membahana. Risa Saraswati terduduk di tengah panggung kemudian berdiri dan bernyanyi. Panggung terlihat luar biasa megah, berkesan horror namun elegan dan romantis. Pencahayaan yang apik ditambah ornamen lampu gantung berpenerangan lilin ala film-film vampir skandinavia ikut melengkapi suasana mistis yang terasa semakin bertambah kental saja setiap detiknya.

Panggung besar itu pun diisi oleh banyak orang dengan masing-masing alat musiknya. Di bagian belakang ada Bohemian Orchestra dengan balutan pakaian hitam memakai topeng opera dan anggota band Sarasvati yang berada di sampingnya. Sementara di bagian depan ada Karinding attack dengan alat musik “Karinding” khas Jawa Barat. Semua kostum serba hitam.

Segera saja disusul dengan lagu Cut and Paste, yang sudah tidak asing lagi di telinga penonton. Terlihat beberapa orang yang juga hafal dengan lagu tersebut turut bernyanyi dengan Risa yang malam itu terlihat sangat anggun namun energic, menguasai panggung dengan tarian dan lompatan-lompatan manja.

Lagu selanjutnya masih dari EP Sarasvati yang dirilis setahun lalu, Question. kemudian dilanjutkan oleh lagu tragis tentang cinta tak terungkap, Oh I Never Know. Kala itu M. Tulus beranjak dari kursinya di sisi panggung, kemudian berjalan ke arah panggung sambil duet bersama Risa.

Melati Suci gubahan Guruh Soekarno Putra pun dibawakan oleh Sarasvati malam itu. Kecintaan Risa terhadap lagu lawas yang tak using ditelan zaman membuatnya menjadi satu dari sedikit musisi muda berbakat yang mengapresiasi karya seniman musik terdahulu. Lantunan lagu itu pun terlihat semakin anggun dengan masuknya dua orang penari yang mengiringi Risa bernyanyi.

Berbeda dengan lagu sebelumnya yang anggun, Bilur membuat suasana menjadi kembali mencekam. Terlebih ketika ibu Ida Widawati sang “juru kawih” muncul diantara diorama batu-batu nisan di sebelah kanan panggung. Suasana lagu ini semakin saja memuncakkan atmosphere mistis.

Lagu karya Iwan Abdulrachman kembali dinyanyikan Risa. Kali ini yang berjudul Melati Putih. Suara Angelic Risa memang benar-benar luar biasa malam itu. Didukung dengan sound panggung yang juga mumpuni. Kemudian dilanjutkan dengan lagu yang tidak asing dikalangan generasi sebelum kita, Kala Sang Surya Tenggelam yang ditenarkan oleh Chrisye. Yang uniknya dikolaborasikan dengan beberapa orang yang membawa alat musik jepang “Taishogoto”. Membuat sound lagu itu menjadi sangat kaya dan penuh warna. Sesuai dengan konsep acaranya, yaitu Mancawarna yang berarti banyak warna.

Seusai lagu itu, Risa beranjak ke belakang panggung dan Karinding Attack memainkan instrumennya. Selang beberapa lama, Risa keluar dengan kostum merah. Dan langsung menyanyikan lagu Tiga Titik Hitam dari Burgerkill. Tidak tanggung-tanggung. Sarasvati langsung memboyong Vocalist Burgerkill, Vicky untuk berkolaborasi malam itu. Alunan Lagu dari semua alat musik terdengar cadas kala itu.

Kemudian lagu "Perjalanan" yang sempat dipopulerkan oleh Franky and Jane dikumandangkan. Setelah itu, penonton dibuat tercengang dan bulu kuduk kembali dibuat berdiri. Karena Lagu legendaris Gloomy Sunday dinyanyikan Risa dengan nuansa yang sangat epic. Seluruh tubuh seakan tak hentinya dibuat merinding sejak awal dinyanyikan hingga lagu ini berakhir. Sungguh pengalaman yang luar biasa.

Tidak hanya bernyanyi, Risa pun seusai menyanyikan lagu Gloomy Sunday, mengajak penonton untuk melihat cuplikan film dari almarhum Kang Ibing sang maestro tatar sunda dari dua big screen di kanan dan kiri panggung. Kemudian dilanjutkan dengan Monologue Risa tentang pentingnya mencintai budaya bangsa dan para pahlawan terdahulu. Suasana semakin syahdu ketika Risa mulai menyanyikan lagu nasional, Gugur Bunga. Bahana tepuk tangan penonton pun pecah, ketika Cholil “Efek Rumah Kaca” muncul di panggung, bernyanyi lagu nasional ini bersama Risa. Semua orang di areal venue seakan mendapatkan suntikan nasionalisme.

Tak terasa sudah dua jam acara berlangsung. Tapi penonton tidak ingin beranjak. Show masih berlanjut, dan waktu itu Sarasvati membawakan lagu barunya yang pertama kali diperdengarkan di hadapan publik yang berjudul Aku dan Buih. Lagu yang harmonis dan membuat penonton terhanyut. Mungkin kelak, lagu ini akan masuk ke deretan lagu di album terbarunya.

Penutup, lagu yang sama dengan judul album mini Sarasvati yaitu “Story Of Peter”, dinyanyikan. Semua orang bernyanyi bersama Sarasvati. Penonton yang berasal dari berbagai rentang usia itu seakan tak henti-hentinya  dikejutkan oleh keajaiban-keajaiban. Kali ini dari deretan penonton turun beberapa orang penari yang kemudian berdansa di bawah panggung bersama seorang anak “bule” yang menjadi icon di cover album Story Of Peter yang juga hadir dan memeriahkan suasana. Penonton dibius dengan keceriaan, kegelapan, nuansa horror, mistis, dan elegan yang kesemuanya dicampuradukkan dalam sebuah harmoni konser Mancawarna Sarasvati yang amat memukau.

Saat semua itu selesai, tepuk tangan kencang membahana. Standing applause memang sangatlah pantas untuk mereka. Salut untuk Sarasvati dan pihak penyelenggara yang bisa membuat konsep acara dan membuatnya menjadi karya nyata yang semewah dan seelegan itu. Nice Work Risa. Nice Work Sarasvati!



Dicted by : BobSatriya

"null"

Photograph by : refanramadhan

"Real power does not hit hard , but straight to the point."

0 comments:

Post a Comment