Pada usia 30 tahun, Marquis M. Converse, seorang manajer yang dihormati di sebuah pabrik sepatu, membuka perusahaan sepatu bernama Converse Rubber Shoe Company di Malden, Massachusetts, Amerika Serikat, pada 1908. Converse adalah perusahaan manufaktur sepatu karet yang menyediakan sol sepatu karet untuk pria, wanita, dan anak-anak.
Pada 1910, Converse memproduksi 4.000 pasang sepatu per hari. Namun, hal itu tak berlanjut ketika perusahaan membuat sepatu tenis pada 1915. Sejarah perusahaan mencapai titik perubahan pada 1917 ketika memperkenalkan sepatu basket Converse All-Star. Ini adalah inovasi baru pada saat itu.
Namun, pada 1921, Charles H. "Chuck" Taylor, seorang pemain basket yang selalu memakai sepatu Converse All-Star setiap bertanding, datang ke perusahaan Converse dan mengeluh karena kakinya sakit. Converse memberinya pekerjaan. Dia bekerja di bagian penjualan dan mempromosikan sepatu ke seantero Amerika.
2008 adalah tahun yang paling ditunggu dan bersejarah bagi Converse Inc. Karena di tahun ini, merek dunia yang popular dan ikonik ini, genap berusia 100 tahun. Lalu sebenarnya apa itu Converse ?
"Converse adalah sebuah perusahaan alas kaki yang pertama kali konsisten di bidang olahraga dan rock and roll," kata Jack Boys, Converse CEO Internasional.
Yup.... semua diawali dari penemuan sepatu Allstar di tahun 1917, lalu lahirnya team basket Afrika-Amerika di tahun 1920 dan 1930, hingga lahirnya kebudayaan rock and roll yang notabene semua personilnya menggunakan Converse sebagai alas kaki menuju kemashyuran.
Dan sejarah tentang converse serta keoriginalitas tokoh-tokoh yang menggunakannya diwujudkan dalam wujud produk, promosi, display toko dan komponen on-line lainnya di sepanjang tahun.
Sekarang, semua hal tersebut diawali dengan momentum yang menggembirakan dengan kelahiran kembali dalam performa olahraga basket. Dimana Converse mengembangkan kolaborasi untuk produk alas kaki dengan John Varvatos, salah satu dari desainer fashion terkenal di dunia untuk menciptakan koleksi converse pilihan untuk pria dan wanita yang disebut Converse oleh John Varvatos di musim gugur 2006.
Kini di usianya yang 100 tahun, Converse terus memantapkan posisi sebagai brand sepatu lifestyle nomor satu di dunia. Sederet program pun dirilis di sepanjang tahun 2008.
Lihat saja Converse 1HUND(RED) Artist, program global dalam sebuah proyek desain untuk merayakan dan meneruskan program dukungan Converse terhadap (PRODUCT) RED di sepanjang tahun 2008.
Program ini diikuti oleh kumpulan desainer di seluruh dunia, yang berasal dari berbagai macam profesi dan reputasi dari pelajar seni sampai desainer profesional. Selain itu juga diikuti indie band, sampai penyanyi rock dan desainer grafis serta desainer fashion.
"Converse 1HUND(RED) artist memberikan kesempatan kepada mereka untuk mewujudkan karya kreatif mereka untuk menciptakan rangkaian koleksi sepatu Converse (PRODUCT)RED dengan tujuan untuk merayakan tradisi dan mendukung program global dalam melawan AIDS, tuberkolosis, dan malaria," kata Brand Manager Converse Indonesia, Anastasia Irene kepada rileks.com, Sabtu, 29/3-2008.
Kali ini, kata wanita yang kerap disapa Irene menambahkan, even Converse Century ini juga akan diwarnai dengan peluncuran buku sejarah untuk menampilkan koleksi terbaik dari merek Converse di sepanjang 100 tahun ini.
"Rangkaian cerita ini turut menyampaikan koleksi Rosie di tahun 1940-an, dan referensi dan keikutsertaan dalam perang dunia kedua. Buffalo Check Plaid dan Ombre Plaid mengingatkan kita kembali kepada tren yang populer di tahun 1950-an, sedangkan koleksi Wrestling dan Scout menandakan keikutsertaan Converse dalam kedua aktivitas tersebut," paparnya.
Mengenai acara di Indonesia sendiri, sambungnya, Converse baru-baru ini mengadakan program "Kenapa Gue Suka Converse", sebuah program valentine yang bertujuan untuk mengumpulkan alasan-alasan khusus mengapa konsumen menyukai Converse.
"Bertepatan dengan acara perkenalan toko baru dan program Converse Century, kami membagi-bagikan hadiah buat 100 orang pertama yang datang dan menggunakan produk Converse," pungkas Irene sembari menginformasikan penjualan Converse Indonesia dan Jepang menduduki peringkat teratas di Asia Pacific.
Perjalanan sneakers hingga menjadi most wanted shoes juga mempunyai sejarah yang panjang. Mari kita flashback bagaimana sneakers eksis seperti sekarang ini.
1800
Pertama kali muncul, nama dari sepatu jenis ini bukanlah sneakers, melainkan sepatu karet yang bernama Plimsolls. Pada masa ini Plimsolls adalah sepatu yang didesain untuk beach wear.
1892
Sebuah perusahaan sepatu karet, Goodyear, menciptakan suatu proses pembuatan sepatu baru dengan mencampur bahan dasar karet dengan kanvas. Hasilnya sepatu bermerk Keds muncul di pasaran.
1908
Converse ikut meramaikan bisnis footwear. Perusahaan milik Marquis M.Converse ini langsung menjadi booming dengan kemunculannya pada banyak pertandingan basket di luar sana. Tak mengherankan sneakers dari Converse lalu menjadi American Icon.
1920
Adi Dassler, pemilik bisnis sportswear dari Jerman tak lama kemudian membuat training shoes buatan tangan. Perusahaan itu kemudian terkenal dengan nama Adidas.
1923
Converse All Star menjadi raja dalam dunia sneakers setelah pemain basket Chuck Taylor memilih sepatu itu untuknya bertanding. Dengan sedikit re-style dan promosi ke berbagai sekolah dan kampus-kampus, Chuck Taylor All Star menjadi must-have shoes untuk hampir semua pemain basket, remaja, hingga cultural rebels selama lebih dari 50 tahun. Sepatu ini juga mempunyai nicknames yang bermacam-macam dari Chucks, Cons, dan Connies. Percaya atau tidak, Chuck Taylor All Star adalah sepatu paling terkenal dalam sejarah, telah terjual sebanyak 744 juta di 144 negara.
1948
Rudolf Dassler membuat Puma Schuhfabrik. Dunia pun dikenalkan dengan Puma Atom Shoe yang saat itu dikenakan tim jerman barat dalam pertandingan sepakbola intenasional yang diadakan untuk pertama kalinya.
1950
Sneakers menjadi lambang dari rebellion (jiwa pemberontak) dan menjadi sepatu favorit para remaja saat ini. Hampir semua pelajar memakai sepatu jenis sneakers, mungkin selain gaya, sepatu ini juga gamapang dibeli karena dijual denga harga yang tidak menguras dompet. Di Amerika, contohnya, para pemandu sorak akan memakai sweater, rok mini, dan kaos kaki lengkap dengan sneakers kanvas keluaran Keds. Sneakers pertama menjadi fashion statement saat James Dean memakainya dengan Levi’s Jeans dalam set film “Rebel without a Cause”.
1962
Phil Knight, atlet lari dari University of Portland, dan pelatihnya, Bill Bowerman, menciptakan sepatu atletik dengan biaya murah dan teknologi tinggi bernama Blue Ribbon Sports. Tahun 1968, nama BRS berubah menjadi Nike, yang sampai saat ini juga telah menjadi salah satu merk sneakers nomor satu di dunia. Nike diambil dari nama dewa kemenangan di Yunani.
1982
Nike merilis sepatu The Air Force One (AF1) dengan dua versi, low-mid dan high-top. Dengan desain yang sederhana tapi berkelas, sepatu ini bertahan menjadi favorit selama dua dekade lebih. Tetap saja, juaranya adalah all-white AF1. Pada 1985 pemain basket Chicago Bulls, Michael Jordan, menjadi pemain yang diendorse oleh Nike. The result? Semua pasti tahu sepatu Nike bertajuk Air Jordan yang fenomenal itu.
1990 - hari ini
Pada tahun-tahun ini Sneakers semakin digandrungi semua orang di belahan dunia. Celebrity endorsement semakin marak, dan bermunculan sneakers limited edition yang diburu para kolektor dan pecinta sepatu ini. Contohnya saja Nike yang kembali mengeluarkan Air Jordan edisi retro dan terus mengembangkan berbagai sneakers seperti Nike Air Max, Air Cross Trainers, dan Nike Shox yang fenomenal. Nike bahkan menciptakan Bauer Nike Hockey, sepatu berkualitas tinggi khusus bagi para pemain olahraga hoki. Sayangnya Desember 1999, salah satu penemu Nike, Bill Bowerman, meninggal dunia.
Pada masa ini, Converse kembali mempresentasikan seri Chuck Taylor dan Jack Purcell yang terkenal di kalangan pecinta old-fashion. Kalangan selebritis Hollywood seperti musisi, rapper, dan movie stars juga turut andil menjadikan sepasang sepatu sneakers sebuah budaya yang bertahan hingga sekarang.
0 comments:
Post a Comment